Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) merupakan teknik multiplexing dimana
sejumlah sinyal optik dengan panjang gelombang yang berbeda-beda ditransmisikan
secara simultan melalui sebuah serat optic tunggal. Tiap panjang gelombang
merepresentasikan sebuah kanal informasi.
Konsep Dasar DWDM
Konfigurasi
sistem DWDM terdiri dari sekumpulan transmitter sebagai sumber optic yang memancarkan
cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Sinyal cahaya tersebut
kemudian mengalami proses multiplexing, dan ditransmisikan secara simultan
melalui medium serat optik yang sama. Di sisi receiver, sinyal
tersebut kemudian didemultiplikasi kembali dan dipisahkan berdasarkan panjang
gelombangnya masing-masing. Konfigurasi system DWDM secara umum dapat
digambarkan sebagai berikut :
Konfigurasi
Sistem DWDM
Sistem WDM konvensional bekerja pada
dua daerah panjang gelombang yaitu 1310 dan 1550 nm, dan pada perkembangannya
WDM hanya menggunakan satu daerah panjang gelombang saja (1550 nm), tetapi
dilakukan pembagian dengan lebar spectrum yang sangat kecil sehingga
menghasilkan beberapa panjang gelombang. Jadi yang membedakan DWDM dengan
pendahulunya adalah channel spacing yang lebih sempit sehingga dapat menampung
puluhan panjang gelombang. Channel spacing yang biasa digunakan dalam DWDM
adalah 50 GHz (0,4 nm), 100 GHz (0,8 nm) dan 200 GHz (1,6 nm).
Dengan
memanfaatkan sistem SDH (Synchoronous Digital Hierarchy) dan memultiplekskan
sumber-sumber sinyal yang memiliki kemampuan untuk membawa sejumlah panjang
gelombang (4, 8, 16, 32, dan seterusnya) dalam satu fiber tunggal. Artinya,
apabila dalam satu fiber itu dipakai empat gelombang, maka kecepatan
transmisinya menjadi 4x10 Gbs (kecepatan awal dengan menggunakan teknologi
SDH).
Membawa empat panjang gelombang
Inti
keunggulan yang dimiliki oleh teknologi DWDM terletak pada jenis filter, serat
optik dan penguat amplifier. Jenis filter yang umum dipergunakan di dalam
sistem DWDM ini antara lain Dichroic Interference Filters (DIF), Fiber
Bragg Gratings (FBG), Array Waveguide Filters (AWG) and Hybrid
Fused Cascaded Fiber (FCF) dengan Mach-Zehnder (M-Z) interferometers.
Komponen
berikutnya adalah serat optik dengan dispersi yang rendah, dimana karakteristik
demikian sangat diperlukan mengingat dispersi secara langsung berkaitan dengan
kapasitas transmisi suatu sistem. Sementara penguat optik yang banyak
dipergunakan untuk aplikasi demikian adalah EDFA dengan karakteristik flat untuk
semua panjang-gelombang di dalam spektrum DWDM. Dengan diimplementasikannya DWDM pada
jaringan transport SDH, penambahan perangkat SDH dapat dikurangi, dan efisiensi
pemakaian core optik juga dapat ditingkatkan.
Konsep
Dasar DWDM
Input sistem DWDM berupa trafik yang
memiliki format data dan laju bit yang berbeda dihubungkan dengan laser DWDM.
Laser tersebut akan mengubah masing-masing sinyal informasi dan memancarkan
dalam panjang gelombang yang berbeda-beda λ 1, λ 2, λ 3,………, λN. Kemudian masing-masing
panjang gelombang tersebut dimasukkan kedalam MUX (multiplexer), dan keluaran
disuntikkan kedalam sehelai serat optik. Selanjutnya keluaran MUX ini akan
ditransmisikan sepanjang jaringan serat.
Untuk mengantisipasi pelemahan sinyal,
maka diperlukan penguatan sinyal sepanjang jalur transmisi. Sebelum
ditransmisikan sinyal ini diperkuat terlebih dahulu dengan menggunakan penguat
akhir (post amplifier) untuk mencapai tingkat daya sinyal yang cukup. ILA (in
line amplifier) digunakan untuk menguatkan sinyal sepanjang saluran transmisi.
Sedangkan penguat awal (pre-amplifier) digunakan untuk menguatkan sinyal
sebelum dideteksi. DEMUX (demultiplexer) digunakan pada ujung penerima untuk
memisahkan antar panjang gelombang yang selanjutnya akan dideteksi menggunakan
photodetector. Multiplexing serentak kanal masukan dan demultiplexing kanal
keluaran dapat dilakukan oleh komponen yang sama, yaitu
multiplexer/demultiplexer.
Spasi
Kanal (Channel Spacing)
Channel
spacing merupakan jarak minimum antar panjang gelombang
agar tidak terjadi interferensi. Standarisasi spasi perlu dilakukan agar sistem
DWDM dari berbagai vendor yang berbeda dapat saling berkomunikasi. Jika panjang
gelombang operasi berbanding terbalik dengan frekuensi, hubungan bedanya
dikenal dalam panjang gelombang masing-masing sinyal. Faktor yang mengendalikan
besar channel spacing adalah
bandwidth pada penguat optik dan kemampuan penerima mengidentifikasi dua set
panjang gelombang yang lebih rendah dalam channel
spacing. Kedua faktor itulah yang membatasi jumlah panjang gelombang yang
melewati penguat. Saat ini terdapat dua pilihan untuk melakukan standarisasi
kanal, yaitu menggunakan spasi lamda atau spasi frekuensi.
Hubungan antara spasi lamda dan spasi
frekuensi adalah:
Dimana :
Df = spasi
frekuensi (GHz)
Dl = spasi lamda
(nm)
l = panjang
gelombang daerah operasi (nm)
C = 3x108 m/s
Konversi spasi lamda ke spasi
frekuensi (dan sebaliknya) akan menghasilkan nilai yang kurang presisi,
sehingga sistem DWDM dengan satuan yang berbeda akan mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi. ITU-T kemudian menggunakan spasi frekuensi sebagai standar penentuan
channel spacing.
Channel spacing menentukan
system performansi dari DWDM. Standar channel
spacing dari ITU adalah 50 GHz sampai 100 GHz (100 GHz akhir-akhir ini
sering digunakan). Spacing (sekat)
ini membuat channel dapat dipakai
dengan memperhatikan batasan-batasan fiber amplifier. Channel spacing bergantung pada system komponen yang dipakai dengan memisahkan 2 sinyal yang
dimultipleksikan atau biasa disebut sebagai perbedaan panjang gelombang
diantara 2 sinyal yang ditransmisikan. Amplifier optic dan kemampuan receiver untuk membedakan sinyal menjadi
penentu dari spacing pada 2 gelombang
yang berdekatan.
Karakteristik
Optik DWDM Channel
Sistem
DWDM berusaha untuk menambah channel yang sebanyak-banyaknya untuk memenuhi
kebutuhan lalu lintas data informasi. Salah satunya adalah dengan memperkecil
channel spacing tanpa adanya suatu interferensi dari pada sinyal pada satu
fiber optic tersebut. Sistem yang sebelumnya sudah dijelaskan yaitu FBG (Fiber
Bragg Grating) mampu memberikan spacing channel tertentu seperti pada gambar
berikut:
0.4nm Channel Spacing DWDM Fiber Bragg
Grating
Panjang Gelombang Operasi Sistem DWDM
Sinyal output hasil multiplexing pada
system DWDM merupakan representasi dari sejumlah sinyal informasi dengan
panjang gelombang yang berbeda-beda. Seluruh panjang gelombang tersebut
beroperasi pada jendela transmisi ketiga (third transmission windows)
optik, yaitu pada daerah panjang gelombang 1550 nm. Range operasi sistem
DWDM pada jendela 150 nm ini yaitu antara 1528,77 nm – 1560,61 nm seperti
diperlihatkan pada gambar berikut ini.
Panjang Gelombang Operasi Sistem DWDM
Kelebihan
Teknologi DWDM
Kelebihan teknologi DWDM adalah
transparan terhadap berbagai trafik. Kanal informasi masing-masing panjang
gelombang dapat digunakan untuk melewatkan trafik dengan format data dan laju
bit yang berbeda. Ketransparanan sistem DWDM dan kemampuan add/drop akan
memudahkan penyedia layanan untuk melakukan penambahan dan atau pemisahan
trafik. Berkaitan dengan ketransparanan sistem DWDM dikenal ada dua sistem
antarmuka, yaitu system terbuka dan sistem tertutup, ditunjukkan oleh gambar:
Elemen jaringan DWDM sistem terbuka
memungkinkan SONET/SDH, switch IP dan ATM disambungkan secara langsung pada
jaringan DWDM. Sedangkan pada sistem tertutup, switch IP dan atau ATM tidak
dapat secara langsung dihubungkan ke jaringan DWDM, namun memerlukan perantara
SONET/SDH yang berasal dari vendor perangkat DWDM yang digunakan.
Perbandingan teknologi serat optik
konvensional dan teknologi DWDM adalah sebagai berikut.
1. Kapasitas
serat optik yang dipakai lebih optimal.
1. Kapasitas
serat optik yang dipakai lebih optimal.
DWDM dapat mengakomodir banyak cahaya
dengan panjang gelombang yang berbeda dalam sehelai serat optik, sedangkan
teknologi serat optik konvensional hanya dapat mentransmisikan satu panjang
gelombang dalam sehelai serat optik.
Kapasitas Serat Optik
Perbanding
Transmisi konvensional dan DWDM
2. Instalasi
jaringan lebih sederhana.
Penambahan kapasitas jaringan pada
teknologi serat optik konvensional dilakukan dengan memasang kabel serat optik
baru, sedangkan pada DWDM cukup dilakukan dengan penambahan beberapa panjang
gelombang baru tanpa harus melakukan perubahan fisik jaringan.
3. Penggunaan
penguat lebih efisien.
DWDM menggunakan penguat optic yang dapat
menguatkan beberapa panjang gelombang sekaligus dengan interval penguatan yang
lebih jauh, sehingga penguat optik yang digunakan lebih sedikit dibandingkan
dengan teknologi serat optik konvensional. Penguat optik yang digunakan dalam
teknologi DWDM adalah EDFA. EDFA (Erbium Doped Fiber Amplifier) merupakan serat
optik dari bahan silica (SiO2) dengan intinya (core) telah dikotori dengan
bahan Erbium (Er3+), termasuk ke dalam golongan Rare-Earth Doped Fiber
Amplifier. Berikut ini beberapa keunggulan yang dimiliki oleh EDFA, sehingga
dapat mendukung teknologi DWDM:
a.
Faktor peroleh EDFA sangat tinggi
b.
Bandwidth lebar
c.
Noise Figure EDFA sangat kecil
d.
Daya output yang besar pada EDFA
e.
Kemudahan instalasi
4. Biaya
pemasangan, pemeliharaan dan pengembangan lebih efisien. Hal ini akibat
arsitektur jaringan DWDM lebih sederhana dibandingkan arsitektur jaringan serat
optik konvensional.
Elemem
Jaringan DWDM
Dalam aplikasi DWDM terdapat beberapa
elemen yang memiliki spesifikasi khusus disesuaikan dengan kebutuhan sistem.
Elemen tersebut adalah:
1.
Wavelength
Multiplexer/Demultiplexer
Multiplexer dan Demultiplexer
Wavelength
Multiplexer berfungsi untuk memultiplikasi kanal-kanal panjang gelombang optik
yang akan ditransmisikan dalam serat optik. Sedangkan wavelength demultiplexer
berfungsi untuk mendemultiplikasi kembali kanal panjang gelombang yang
ditransmisikan menjadi kanalkanal panjang gelombang menjadi seperti semula.
2.
OADM (Optical Add/Drop Multiplexer)
Optical Add/Drop Multiplexer
Diantara titik
multiplexing dan demultiplexing dalam sistem DWDM merupakan daerah dimana
berbagai macam panjang gelombang berada, pada beberapa titik sepanjang span ini
sering diinginkan untuk dihilangkan atau ditambah dengan satu atau lebih
panjang gelombang. OADM (Optical Add/Drop Multiplexer) inilah yang digunakan
untuk melewatkan sinyal dan melakukan fungsi add and drop yang bekerja pada
level optik. OADM digunakan untuk melewatkan sinyal dan melakukan fungsi drop and insert panjang gelombang ke atau dari serat optik tanpa
memerlukan terminal SDH lagi, dan proses tersebut terjadi di level optik. OADM diaplikasikan pada sistem yang long haul atau pada jaringan topologi ring.
OXC (Optical Cross Connect)
Optical Cross Connect
Perangkan OXC (Optical
Cross Connect) ini melakukan proses switching tanpa terlebih dahulu melakukan
proses konversi OEO (Optik-elektrooptik) dan berfungsi untuk merutekan kanal
panjang gelombang. OXC ini berukuran NxN dan biasa digunakan dalam konfigurasi
jaringan ring yang memiliki banyak node terminal.
OA (Optical Amplifier)
4.
Optical Amplifier
OA merupakan penguat optik
yang berfungsi untuk memperbesar kemampuan jarak tempuh sinyal dan
mempertahankan kualitasnya dengan melakukan proses penguatan sinyal optik tanpa
proses konversi ke bentuk elektrik terlebih dahulu. Banyaknya panjang gelombang
yang mampu dibawa oleh jaringan optic DWDM, terutama untuk long haul, akan dipengaruhi oleh kemampuan OA dalam melewatkan seluruh
panjang gelombang yang melewatinya dan melakukan proses penguatan yang setara
untuk seluruh panjang gelombang tersebut.
Komponen penting pada DWDM
Pada teknologi
DWDM, terdapat beberapa komponen utama yang harus ada untuk mengoperasikan DWDM
dan agar sesuai dengan standart channel ITU sehingga teknologi ini dapat
diaplikasikan pada beberapa jaringan optic seperti SONET dan yang lainnya.
Komponen-komponennya adalah sbb:
1. Transmitter yaitu komponen
yang menjembatani antara sumber sinyal informasi dengan multiplekser pada
system DWDM. Sinyal dari transmitter ini akan dimultipleks untuk dapat
ditansmisikan.
2. Receiver yaitu komponen
yang menerima sinyal informasi dari demultiplekser untuk dapat dipilah
berdasarkan macam-macam informasi.
3. DWDM terminal multiplexer.
Terminal mux sebenarnya terdiri dari transponder converting wavelength untuk
setiap signal panjang gelombang tertentu yang akan dibawa. Transponder
converting wavelength menerima sinyal input optic (sebagai contoh dari system
SONET atau yang lainnya), mengubah sinyal tersebut menjadi sinyal optic dan
mengirimkan kembali sinyal tersebut menggunakan pita laser 1550 nm. Terminal
mux juga terdiri dari multiplekser optikal yang mengubah sinyal 550 nm dan
menempatkannya pada suatu fiber SMF-28.
4. Intermediate optical
terminal (amplifier). Komponen ini merupakan amplifier jarak jauh yang
menguatkan sinyal dengan banyak panjang gelombang yang ditransfer sampai sejauh
140 km atau lebih. Diagnostik optikal dan telemetry dimasukkan di sekitar
daerah amplifier ini untuk mendeteksi adanya kerusakan dan pelemahan pada
fiber. Pada proses pengiriman sinyal informasi pasti terdapat atenuasi dan
dispersi pada sinyal informasi yang dapat melemahkan sinyal. Oleh karena itu
harus dikuatkan.
5. DWDM terminal demux.
Terminal ini mengubah sinyal dengan banyak panjang gelombang menjadi sinyal
dengan hanya 1 panjang gelombang dan mengeluarkannya ke dalam beberapa fiber
yang berbeda untuk masing-masing client untuk dideteksi. Sebenarnya
demultiplexing ini beritndak pasif, kecuali untuk beberapa telemetry seperti
system yang dapat menerima sinyal 1550 nm. Pada transmisi jarak jauh dengan
system client-layer seperti demultiplexi sinyal yan selalu dikirim ke 0/E/0.
Teknologi terkini dari demultiplekser ini yaitu terdapat couplers (penggabung
dan pemisah power wavelength) berupa FIBER BRAGG GRATING dan dichroic filter
untuk menghilangkan noise dan crosstalk.
Erbium-doped Optical Fiber
6. Optikal supervisory
channel. Ini merupakan tambahan panjang gelombang yang selalu ada di antara
1510 nm-1310 nm. OSC membawa informasi optik multi wavelength sama halnya
dengan kondisi jarak jauh pada terminal optic atau daerah EDFA. Jadi OSC selalu
ditempatkan pada daerah intermediate amplifier yang menerima informasi sebelum
dikirimkan kembali.
Ilustrasi
Tata Letak Komponen pada DWDM
Konfigurasi
Sistem DWDM
Menurut
konfigurasinya sistem DWDM dibagi menjadi 2 :
1. Sistem
DWDM satu arah (one way transmission), pada sistem ini dalam satu serat dapat
terjadi beberapa transmisi dengan arah yang sama secara simultan. Seperti
gambar berikut ini :
Sistem DWDM Satu Arah
2. Sistem
DWDM dua arah (two way transmission), dimana dalam sebuah serat terjadi dua
transmisi dengan arah yang berlawanan secara simultan seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah ini. Dimana pada serat terjadi pengiriman informasi dari DWDM 1
ke DWDM 2 dengan panjang gelombang λ 1 dan pada saat yang bersamaan
ditransmisikan informasi dari DWDM2 ke DWDM 1 dengan panjang gelombang λ 2.
Sistem DWDM Dua Arah
Sumber
laser DWDM dan detector DWDM
Salah satu contoh sumber laser yang
digunakan dalam sistem DWDM adalah Distribution Feedback (DFB) laser. DFB
memiliki kelebihan mampu mengakses semua bandwidth optik pada jendela transmisi
1550 nm, yang memiliki daya output sampai 25 mW (tunable) dari 1530-1563 nm.
APD (Avanlanche Photo Dioda) adalah salah satu jenis detector yang digunakan
dalam DWDM, yang memiliki sensitivitas penerimaan yang besar dan akurat.
Serat Optik Single Mode yang Mendukung
DWDM
Untuk mendukung sistem yang
mentransmisikan informasi dengan kapasitas tinggi, pemilihan serat optik yang
tepat sebagai media trans isi juga perlu diperhatikan. Ada dua tipe serat optik
yang umum digunakan pada sistem DWDM, yaitu :
1. 1. Non
Dispersion Shifted Fiber (NDSF)
Serat
optik NDSF juga dikenal sebagai Standard Single Mode Fiber (SSMF) dan
dibuat berdasarkan rekomendasi ITU-T G.652. NDSF memiliki nilai koefisien
dispersi kromatik (D) mendekati nol di daerah panjang gelombang 1310 nm.
Sedangkan pada daerah 1550 nm, koefisien dispersi maksimumnya adalah 18
ps/nm.km.
2. Non
Zero Dispersion Shifted Fiber (NZDSF)
Dibandingkan
NDSF/SSMF, serat optik NZDSF (G.655) memiliki koefisien dispersi kromatik yang
lebih rendah pada daerah panjang gelombang 1550 nm, yaitu maksimum 6 ps/nm.km.
Karakteristik yang membedakan keduanya
adalah nilai koefisien dispersi kromatik dan redaman serat, dimana pada daerah
kerja DWDM, serat optik NZDSF memiliki koefisien dispersi dan redaman yang
lebih rendah, seperti diperlihatkan pada gambar dibawah ini.
Koefisien
Dispersi dan Redaman Sserat Optik NZDSF
0 komentar:
Post a Comment